“A room without books is like a body without a soul.”

Jumat, 28 Juni 2013

[REVIEW] Remember When - Winna Efendi


Judul: Remember When
Penulis: Winna Efendi
Jumlah Halamanan: 260 hlm
Ukuran: 13 x 19 cm
ISBN: 979-780-487-9

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

_______________

Ini adalah novel ketiga karangan mbak Winna yang sudah saya baca. Sebelumnya saya sudah membaca novel mbbak Winna yang berjudul 'Refrain' & 'AI'. Pengalaman saya setelah membaca karya-karya mbak Winna yaitu adalah sangat menarik. Mbak Winna selalu bisa mengemas cerita dengan baik, dan tentunya dengan alur cerita yang berbeda.

Kembali kepada novel 'Remember When'. Novel ini bercerita mengenai 4 orang sahabat yaitu, Freya, Gia, Adrian, dan Moses. 

Adrian yang menyukai Gia, menantang moses untuk menembak Freya, yang ternyata telah disukai oleh Moses sejak lama. Mereka bertaruh siapa yang gagal akan lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali dengan meneriakkan kata 'I LOVE YOU'. Ternyata mereka berdua berhasil.

Konflik dimulai ketika ibu Adrian meninggal. Adrian yang merasa kehilangan, mulai sadar jika ia telah menyukai freya. Sejak saat itu ia mulai berbohong kepada Gia, yang saat itu masih berstatus sebagai pacarnya.  Hints hints pun terjadi. Adrian yang sudah tahu bahwa ternyata apa yang dia butuhkan. Apa yang mungkin dia sayang. Bukan lah Gia, tapi Freya. Tak dapat menahan lagi perasaan nya. Freya pun demikian. Ia sadar, jika yang ia sukai adalah Adrian, bukan Moses. Namun freya beda dengan Adrian. Ia mencoba untuk melenyapkan perasaan itu, dan mencoba untuk tetap menyayangi Moses, karena ia tahu, akan ada yang tersakiti.

Puncak masalah terjadi ketika Adrian memutuskan Gia, dan mengungkapkan perasaanya kepada Freya. Freya yang saat itu merasa dalam situasi yang salah hanya bisa menangis dipelukan Adrian. Peristiwa-peristiwa lain pun terjadi. Mulai dari perkelahian Adrian dan Moses serta putusnya persahabatan antara Freya dan Gia. Gia yang merasa sakit hati memutuskan untuk mengabaikan Freya dan mencari teman baru. Mereka berempat jadi terpecah satu sama lain.

Kelulusan pun tiba. Suasana yang canggung agak sedikit mencair ketika mereka diajak oleh teman yang lain untuk foto bersama. Mereka berempat ternyata memutuskan untuk melanjutkan jalannya masing-masing. Freya dan Moses mengambil jurusan yang sama di Universitas Indonesia. sedangkan Adrian dan Gia satu kampus di luar negeri namun berbeda jurusan. 

Percakapan Kylie dengan Gia adalah kunci penutup kisah ini. “ Anggia, as women, we need to protect ourselves from getting hurt. But sometimes hurt is inevitable that we just have to deal with it.” Setelah itu Gia sadar bahwa selama ini ia telah egois. Ia kemudian menyuruh Adrian untuk kembali ke Indonesia dan menyatakan perasaanya. Moses pun ikut membantu. Akhirnya Adrian dan Freya memulai awal yang baru. Freya sadar, terlambat atau tidak persaannya masih tetap sama. Karena itu ia kemudian mengatakan 'iya' agar tidak ada sesal lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar